BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
DISLOKASI
A.
Pengertian
Dislokasi
·
Dislokasi adalah
keluarnya atau bercerainya kepala sendi dan mangkuknya atau terlepasnya sebuah
sendi dari tempatnya.
·
Dislokasi adalah suatu
keadaan dimana terjadi perubahan dari letak permukaan tulang satu terhadap
lainnya yang membentuk persendian. Bila permukaan sendi tidak berhubungan satu
sama lain.
·
Dislokasi adalah
kondisi terjadinya kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi
secara komplit atau lengkap.
Strain
·
Strain adalah merupakan
tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang berlebihan atau stres lokal
yang berlebihan
·
Strain adalah
robekan tidak kompilt dengan perdarahan ke dalam jaringan
Sprain
·
Sprain adalah
meregangnya jaringan lunak sendi dan terjadi kerusakan jaringan lunak sendi
(simpai sendi, ligamen, tendon).
·
Sprain adalah
cedera struktur ligamen disekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar
B.
Etiologi
1.
Taruma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya taruma ekstensi
dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu, ada rasa keluar bila trauma
minimal. Hal ini terjadi pda dislokasi rekurens atau habitual.
2.
Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya
dislokasi pangkal paha.
3.
Patologis
Akibat destruksi tulang, misalnya tuberkulosis tulang
belakang.
C.
Patofisiologis
Pada sendi permukaan- permukaan rawan
sendi yang menanggung beban terpasang dengan
sangat akurat satu dengan yang lain jika terjadinya trauma, artritis berat,
oesteroartritis sebelum terjadinya dislokasi didahului oleh sublikasi yang
menunjukkan adanya deviasi dari hubungan normal antara tulang rawanyang satu
denagn tulang rawan yang lain pada satu persandian. Jika kedua bagian ini susah
tidak menyinggung satu dengan yang lainnya maka terjadilah dislokasi dengan
gejala: keterbatas gerak (ekstermitas), spasme/ kram otot, penurunan nadi pada
bagian distal yang cedera, pucat pada bagian terdislokasi, kebas/kesemutan.
Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen- ligamennya menjadi kendor, sehingga sendi itu akan mudah mengalami
dislokasi kembali.
D.
Manifestasi Klinis
1.
Deformitas
·
Hilangnya
tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi sendio
bahu
·
Pemendekan atau
pemanjangan,misalnya dislokasi anterior sendi panggul
·
Kedudukan yang
khas untuk dislokasi tertentu, misalnya disloaksi posterior sendi pinggul,
kedudukan panggul endorosato fleksi dan aduksi
·
Deformitas
Misalnya pda dislokasi panggul biasanya dapat dikenali
dari adanya nyeri pada daerah glutea (bokong), skrotum dan paha disertai posisi
ekstermitas yang kaku pada waktu adduksi, rotasi interna dan fleksi.
2.
Functio lensa
Dislokasi menimbulkan perubahan, keterbatasan atau
kehilangan dari fungsi yang seharusnya
3. Pembengkakan
Pembengkakaan
ini dapat parah pada kasus trauma dan dan dapat menutupi deformitasnya
E. Tempat- tempat Terjadinya Dislokasi dan Tindakan Pertolongannya
1. Dislokasi sendi rahang
Dislokasi
sendi rahang terjadi karena:
·
Mengucap
atau tertawa terlalu lebar
·
Terkena
pukulan kertas ketika rahang sedang terbuka
Tindakan pertolongan:
Dislokasi sendi rahang biasanya
sangat mudah memperbaikinya. Cukup dengan mempergunakan ibu jari yang ditekan
dibawah rahang tersebut. Tetapi jangan lupa membalut ibu jari sebelumnya, sebab
setelah di perbaiki rahang itu akan mengatup dengan cepat dan keras sehingga
ibu jari kita akan tergigit dibuatnya.
2. Dislokai sendi jari
Sendi
jari mudah mengalami disloksi bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut
akan akan menjadi kaku. Sendi jari dapat mengalami dislokasi keaerah telapak
atau punggung tangan.
Tindakan
pertolongan:
Tarik ujung jari yang cedera dengan
tarikan yang cukup kuat tetapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang
terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk.
3. Dislokasi sendi bahu
Ada
beberapa kemungkinan arah dislokasi pada sendi bahu yang cedera. Tetapi yang
sering terjadi adalah dislokasi kedepan yaitu kepala tulang lengan atas
terpeleset kearah dada.
Tanda
lain pada dislokasi sendi bahu adalah lengan menjadi kaku dan siku agak
terdorong menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulan bahu akan tampak lebih menonjol
keluar sedang dibagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.
Tindakan
pertolonagan:
Dislokasai sendi bahu dapat diperbaiki
dengan cara sebagai berikut:
Ketiak yang cedera, ditekan dengan telapak
kaki sementara itu lengan penderita
ditarik sesuai arah kedudukannya. Tariakan itu harus dilakukan dengan pelan
semakin lama semakin kuat. Hal ini untuk menghindarkan rasa nyeri yang mendadak dan merusak jaringan- jaringan disekitar
sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan yang tetap selama beberapa menit, dengan
hati-hati lengan atas di putar keluar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya
dilakukan dengan siku terlipat.
Kemudian
dengan hati- hati merapatkan siku ke tubuh dan akhirnya lipatlah lengan bawah
merapat kedada,lengan digantung dengan mitella ke leher untuk menjaga agar
sendi bahu tidak bergerak- gerak.
4. Dislokasi sendi panggul
Dislokasi
sendi panggul sering terjadi pada kecelakaan kendara bermotor, akibat lutut
membentur dashboard, paha terdorong kebelakang dan terlepas dari sendinya.
Tanda-
tandanya: lutut terputar kedalam dan paha terkunci mendekati garis tengah
tubuh.
F. Komplikasi
1. Nekrosis aseptik (pada panggul)
Kalau
panggul yang mengalami dislokasi tidak direduksi dalam 12 jam atau paling lama
24 jam sesudah cedera, maka kemungkinan penderita tersebut akan menglami
nekrosis aseptik.
2. Kecacatan
Penderita
yang mengalami dislokai menjadi cacat karena atau program penatalaksanaannya.
3. Osteomielitis
Infeksi
jaringan tubuh, bakterinya (staphylocous aureus, sreptococus) berpindah melalui
aliran darah menuju metafisis tulang.
G. Tindakan
1. Dorong manipulasi cedera hati-hati,
permukaan sendi diluruskan kembali. Tindakan ini sering memerlukan anastesi
umum untuk melemaskan otot-ototnya.
2. Pembedahan terbuka mungkin diprlukan,
khususnya kalau jaringan lunak terjepit diantara permukaan sendi
3. Persendian tersebut disangga dengan
pembebatan, dengan pemasangan gips
4. Fisioterapi harus segera dimulai untuk
mempertahankan fungsi ototdan latihan yang aktif dapat diawali secara dini
untuk mendorong gerakan sendi yang penuh, khusunya pada sendi bahu.
(Ilmu Bedah
untuk Perawat, hal 235)
Asuhan Keperawatan
A. Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda
: keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena (nyeri waktu beraktivitas)
2. Sirkulasi
Tanda
:
·
Hipertensi
atau hipotensi (kadang- kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/
ansietas)
·
Takikardi
(respon sters)
·
Penurunan
/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera (pengisian kapiler lambat dan
pucat pada bagian terkena
·
Pembengkokan
jaringan
3. Neurosensori
Gejala
:
·
Hilangnya
gerakan/ sensasi spasme otot
·
Kebas/
kesemuatan (parestesis)
Tanda:
·
Deformitas
lokal: spasme otot, krepitasi, terlihat kelemahan atau hilang fungsi
·
Agitasi
(nyeri atau ansietas atau teruma)
4. Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
·
Nyeri
berat tiba- tiba pada saat cedera (akan berkurang pada imobilitas spasme atau
kram otot (setelah imobilitas)
5. Keamanan
Tanda:
·
Laserasi
kulit, avulsasi jaringan, perdarahan, perubahan warna kulit
Kebas
atau kesemutan (parestasis)Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena
(nyeri waktu beraktivitas)
6. Sirkulasi
Tanda
:
·
Hipertensi
atau hipotensi (kadang- kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/
ansietas)
·
Takikardi
(respon sters)
·
Penurunan
/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera (pengisian kapiler lambat dan
pucat pada bagian terkena
B. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Ada trauma
b. Mekanisme trauma yang seuai
Misalnya:
pada trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
c. Ada rasa sendi keluar
d. Bila trauma minimal, hal ini dapat
terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual
2. Pemeriksaan Klinis
a. Deformitas
·
Hilangnya
tonjolan tulang yang normal
·
Pemendekan
atau pemanjangan
·
Kedudukan
yang khas pada dislokasi tertentu
b. Nyeri
c. Functio lensa
C. Pemeriksaan Penunjang
·
Pemeriksaan
radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur
·
Pemeriksaan
rongent untuk menentukan lokasi dan luasnya dislokasi
·
Skan
tulang,tomogram, skan C/MRI untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
·
Hitung
darah lengkap untuk menentukan adanya peningkatan atau penurunan Ht.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d spasme otot
Dibuktikan
oleh:
·
Keluhan
nyeri
·
Distraksi
(fokus pada diri sendiri atau fokus menyempit dan wajah menunjukkan nyeri)
·
Perilaku
berhat- hati,untuk melindung perubahan tonus otot.
Tujuan:
·
Nyeri
hilang atau berkurang
·
Menunjukkan
tindakan santai: mampu berpartisipasi dalam aktivitas/ istirahat
·
Menunjukkan
keterampilan relaksasi dan terpeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi
Keperawatan:
1) Evaluasi keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan, perhatiakan lokasi karakteristik temasuk intensitas (skala
0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal (perbahan pada tanda vital dan
emosi/ prilaku)
R: mempengaruhi
pilihan / pengawasan keefektifan intervensi
2) Dorong pasien untuk mendiskusikan
masalah sehubungan dengan cedera
R:
membantu menghilangkan ansietas
3) Pertahankan imobilisasi bagian yang
sakit (tirah baring)
R:
menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/ tegangan jaringan yang cedera
4) Tinggikan dan dukung ekstermitas yang
terkena
R:
meningkataka aliran balik vena dan menurunkan nyeri
5) Lakukan dan awasi latihan rentang
gerak pasif/ aktif
R:
mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot yang sakit
6) Berikan alternatif tindakan
kenyamanan, seperti : pijatan dan perubahan posisi
R:
meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot
7) Dorong menggunakan teknik manajemen
stres
R:
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen stres
8) Lakukan kolaborasi dengan dokter
Berikan
obat sesuai indikasi: narkotik dan analgesik non narkotik NSAID
R: mengurangi nyeri dan spasme otot
2. Disfungsi neurovaskuler perifer b/d
penurunan atau interupsi aliran darah dan edema berlebihan
Intervensi
Keperawatan:
1) Lepaskan perhiasan dari ekstermitas
yang sakit
R:
dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema
2) Selidiki tanda iskemia
ekstermitas tiba- tiba, seprti:
penurunan suhu kulit dan peningktan nyeri
R:
dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat menyebabkan kerusakan sendi
arteri yang berdekatan dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal
3) Awasi tanda vital, perhatikan adanya
pucat atau sianosis umum, kulit dingi perubahan mental
R:
ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan
4) Dorong pasien untuk secara rutin
latihan jari atau sendi distal yang
cedera
R:
meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnyan pada
ekstermitas bawah.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri,
imobilitas tungkai
Tanda:
·
Ketidakmampuan
untuk bergerak sesuai tujuan
·
Menolak
untuk bergerak dan keterbatasan rentang gerak
·
Penurunan
kekuatan atau kontrol otot
Tujuan:
·
Meningkatkan
kekuatatan atau fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh
·
Menunjukan
teknik yang mampu melakukan aktifitas
·
Mempertahankan
posisi fungsional
Intervensi
Keperawatan:
1) kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan presepsi pasien terhadap
imobilisasi
R:
untuk informasi atau intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan
2) instruksi pasien untuk membantu dalam
rentang gerak pasien / aktif pada ektermitas yang sakit dan yang tak sakit
R:
meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot
3) berikan tindakan reposisi
R:
berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstermita, tangan atau
kaki dan mencegah komplikasi
4) berikan atau bantu dalam mobilitas
dengan kursi roda atau tongkat sesegera mungkin. Intruksikan keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
R:
mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (flebitis) dan meningkatkan
penyembuhan dan normalisasi fungsi organ
5) Bantu pasien perawatan diri dan
kebersiahan
R:
meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi
dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
Adapun kemungkinan diagnosa
keperawatan lain:
·
Resiko
tinggi terhadap trauma b/d kehilangan integritas tulang
Tanda:
Mempertahankan stabilitas posisi
fraktur
Hasil:
Menunjukkan
mekanisme tubuh yang meningkat stablitas pada sisi fraktur
·
Kerusakan
jaringan b/d penurunan sensasi
Tanda:
Keluhan gatal, kebas, tekanan pada
area yang sakit
Gangguan
permukaan: invasi strukur tubuh, destruksi lapisan kulit atau jaringan.