Jumat, 17 Januari 2014

Semangat

Namanya juga hidup yaa.............
begitu banyak yang ku lalui,, suka duka hampir beriringan..........
ada kalanya aku sukses mencapai sesuatu hal yang itu jelas membuat aku merasa paling bahagia...........
dan ada kalanya aku sering merasa gagal dalam memperoleh impian ku.....
mungkin itu belum nasib ku untuk mendapatkannya..........
ntah lah..............
yang penting hidup ini di jalani sebagai mana mestinya.............
biarkan lah berjalan seiring waktu.............
yang jelas tetap semangat utk meraih masa depan............
masa depan yang indah........
semoga impian terbesar dalam hidup ku akan terwujud.........
Aamiin :)

Minggu, 06 Mei 2012

Dislokasi


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
DISLOKASI
A.     Pengertian
Dislokasi
·         Dislokasi adalah keluarnya atau bercerainya kepala sendi dan mangkuknya atau terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya.
·         Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan dari letak permukaan tulang satu terhadap lainnya yang membentuk persendian. Bila permukaan sendi tidak berhubungan satu sama lain.
·         Dislokasi adalah kondisi terjadinya kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplit atau lengkap.
            Strain
·         Strain adalah merupakan tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang berlebihan atau stres lokal yang berlebihan
·         Strain adalah robekan tidak kompilt dengan perdarahan ke dalam jaringan

            Sprain
·         Sprain adalah meregangnya jaringan lunak sendi dan terjadi kerusakan jaringan lunak sendi (simpai sendi, ligamen, tendon).
·         Sprain adalah cedera struktur ligamen disekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar
B.      Etiologi
1.      Taruma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya taruma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu, ada rasa keluar bila trauma minimal. Hal ini terjadi pda dislokasi rekurens atau habitual.
2.      Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha.
3.      Patologis
Akibat destruksi tulang, misalnya tuberkulosis tulang belakang.
C.      Patofisiologis
Pada sendi permukaan- permukaan rawan sendi yang menanggung beban terpasang  dengan sangat akurat satu dengan yang lain jika terjadinya trauma, artritis berat, oesteroartritis sebelum terjadinya dislokasi didahului oleh sublikasi yang menunjukkan adanya deviasi dari hubungan normal antara tulang rawanyang satu denagn tulang rawan yang lain pada satu persandian. Jika kedua bagian ini susah tidak menyinggung satu dengan yang lainnya maka terjadilah dislokasi dengan gejala: keterbatas gerak (ekstermitas), spasme/ kram otot, penurunan nadi pada bagian distal yang cedera, pucat pada bagian terdislokasi, kebas/kesemutan.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen- ligamennya menjadi kendor, sehingga sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.
D.     Manifestasi Klinis 
1.      Deformitas
·         Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi sendio bahu
·         Pemendekan atau pemanjangan,misalnya dislokasi anterior sendi panggul
·         Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya disloaksi posterior sendi pinggul, kedudukan panggul endorosato fleksi dan aduksi
·         Deformitas
Misalnya pda dislokasi panggul biasanya dapat dikenali dari adanya nyeri pada daerah glutea (bokong), skrotum dan paha disertai posisi ekstermitas yang kaku pada waktu adduksi, rotasi interna dan fleksi.
2.      Functio lensa
Dislokasi menimbulkan perubahan, keterbatasan atau kehilangan dari fungsi yang seharusnya
3.      Pembengkakan
Pembengkakaan ini dapat parah pada kasus trauma dan dan dapat menutupi deformitasnya
E.      Tempat- tempat Terjadinya Dislokasi dan Tindakan Pertolongannya
1.      Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang terjadi karena:
·         Mengucap atau tertawa terlalu lebar
·         Terkena pukulan kertas ketika rahang sedang terbuka
Tindakan pertolongan:
Dislokasi sendi rahang biasanya sangat mudah memperbaikinya. Cukup dengan mempergunakan ibu jari yang ditekan dibawah rahang tersebut. Tetapi jangan lupa membalut ibu jari sebelumnya, sebab setelah di perbaiki rahang itu akan mengatup dengan cepat dan keras sehingga ibu jari kita akan tergigit dibuatnya.
2.      Dislokai sendi jari
Sendi jari mudah mengalami disloksi bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan akan menjadi kaku. Sendi jari dapat mengalami dislokasi keaerah telapak atau punggung tangan.
Tindakan pertolongan:
      Tarik ujung jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tetapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk.
3.      Dislokasi sendi bahu
Ada beberapa kemungkinan arah dislokasi pada sendi bahu yang cedera. Tetapi yang sering terjadi adalah dislokasi kedepan yaitu kepala tulang lengan atas terpeleset kearah dada.
Tanda lain pada dislokasi sendi bahu adalah lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulan bahu akan tampak lebih menonjol keluar sedang dibagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.
Tindakan pertolonagan:
      Dislokasai sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
 Ketiak yang cedera, ditekan dengan telapak kaki  sementara itu lengan penderita ditarik sesuai arah kedudukannya. Tariakan itu harus dilakukan dengan pelan semakin lama semakin kuat. Hal ini untuk menghindarkan rasa nyeri yang mendadak  dan merusak jaringan- jaringan disekitar sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan yang tetap selama beberapa menit, dengan hati-hati lengan atas di putar keluar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku terlipat.
Kemudian dengan hati- hati merapatkan siku ke tubuh dan akhirnya lipatlah lengan bawah merapat kedada,lengan digantung dengan mitella ke leher untuk menjaga agar sendi bahu tidak bergerak- gerak.
4.      Dislokasi sendi panggul
Dislokasi sendi panggul sering terjadi pada kecelakaan kendara bermotor, akibat lutut membentur dashboard, paha terdorong kebelakang dan terlepas dari sendinya.
Tanda- tandanya: lutut terputar kedalam dan paha terkunci mendekati garis tengah tubuh.
F.       Komplikasi
1.      Nekrosis aseptik (pada panggul)
Kalau panggul yang mengalami dislokasi tidak direduksi dalam 12 jam atau paling lama 24 jam sesudah cedera, maka kemungkinan penderita tersebut akan menglami nekrosis aseptik.
2.      Kecacatan
Penderita yang mengalami dislokai menjadi cacat karena atau program penatalaksanaannya.
3.      Osteomielitis
Infeksi jaringan tubuh, bakterinya (staphylocous aureus, sreptococus) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang.
G.     Tindakan
1.      Dorong manipulasi cedera hati-hati, permukaan sendi diluruskan kembali. Tindakan ini sering memerlukan anastesi umum untuk melemaskan otot-ototnya.
2.      Pembedahan terbuka mungkin diprlukan, khususnya kalau jaringan lunak terjepit diantara permukaan sendi
3.      Persendian tersebut disangga dengan pembebatan, dengan pemasangan gips
4.      Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi ototdan latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh, khusunya pada sendi bahu.
(Ilmu Bedah untuk Perawat, hal 235)


Asuhan Keperawatan
A.     Data Dasar Pengkajian Pasien
1.      Aktivitas / Istirahat
Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena (nyeri waktu beraktivitas)
2.      Sirkulasi
Tanda :
·         Hipertensi atau hipotensi (kadang- kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas)
·         Takikardi (respon sters)
·         Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera (pengisian kapiler lambat dan pucat pada bagian terkena
·         Pembengkokan jaringan
3.      Neurosensori
Gejala :
·         Hilangnya gerakan/ sensasi spasme otot
·         Kebas/ kesemuatan (parestesis)
Tanda:
·         Deformitas lokal: spasme otot, krepitasi, terlihat kelemahan atau hilang fungsi
·         Agitasi (nyeri atau ansietas atau teruma)
4.      Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
·         Nyeri berat tiba- tiba pada saat cedera (akan berkurang pada imobilitas spasme atau kram otot (setelah imobilitas)
5.      Keamanan
Tanda:
·         Laserasi kulit, avulsasi jaringan, perdarahan, perubahan warna kulit
Kebas atau kesemutan (parestasis)Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena (nyeri waktu beraktivitas)
6.      Sirkulasi
Tanda :
·         Hipertensi atau hipotensi (kadang- kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas)
·         Takikardi (respon sters)
·         Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera (pengisian kapiler lambat dan pucat pada bagian terkena
B.      Diagnosis
1.      Anamnesis
a.      Ada trauma
b.      Mekanisme trauma yang seuai
Misalnya: pada trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
c.       Ada rasa sendi keluar
d.      Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual
2.      Pemeriksaan Klinis
a.      Deformitas
·         Hilangnya tonjolan tulang yang normal
·         Pemendekan atau pemanjangan
·         Kedudukan yang khas pada dislokasi tertentu
b.      Nyeri
c.       Functio lensa

C.      Pemeriksaan Penunjang
·         Pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur
·         Pemeriksaan rongent untuk menentukan lokasi dan luasnya dislokasi
·         Skan tulang,tomogram, skan C/MRI untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
·         Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya peningkatan atau penurunan Ht.
D.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b/d spasme otot
Dibuktikan oleh:
·         Keluhan nyeri
·         Distraksi (fokus pada diri sendiri atau fokus menyempit dan wajah menunjukkan nyeri)
·         Perilaku berhat- hati,untuk melindung perubahan tonus otot.
Tujuan:
·         Nyeri hilang atau berkurang
·         Menunjukkan tindakan santai: mampu berpartisipasi dalam aktivitas/ istirahat
·         Menunjukkan keterampilan relaksasi dan terpeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi Keperawatan:
1)      Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, perhatiakan lokasi karakteristik temasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal (perbahan pada tanda vital dan emosi/ prilaku)
R: mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi
2)      Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera
R: membantu menghilangkan ansietas
3)      Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit (tirah baring)
R: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/  tegangan jaringan yang cedera
4)      Tinggikan dan dukung ekstermitas yang terkena
R: meningkataka aliran balik vena dan menurunkan nyeri
5)      Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/ aktif
R: mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot yang sakit
6)      Berikan alternatif tindakan kenyamanan, seperti : pijatan dan perubahan posisi
R: meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot
7)      Dorong menggunakan teknik manajemen stres
R: meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen stres
8)      Lakukan kolaborasi dengan dokter
Berikan obat sesuai indikasi: narkotik dan analgesik non narkotik NSAID
      R: mengurangi nyeri dan spasme otot
2.      Disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan atau interupsi aliran darah dan edema berlebihan
Intervensi Keperawatan:
1)      Lepaskan perhiasan dari ekstermitas yang sakit
R: dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema
2)      Selidiki tanda iskemia ekstermitas  tiba- tiba, seprti: penurunan suhu kulit dan peningktan nyeri
R: dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat menyebabkan kerusakan sendi arteri yang berdekatan dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal
3)      Awasi tanda vital, perhatikan adanya pucat atau sianosis umum, kulit dingi perubahan mental
R: ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan
4)      Dorong pasien untuk secara rutin latihan jari  atau sendi distal yang cedera
R: meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnyan pada ekstermitas bawah.
3.      Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, imobilitas tungkai
Tanda:
·         Ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan
·         Menolak untuk bergerak dan keterbatasan rentang gerak
·         Penurunan kekuatan atau kontrol otot
Tujuan:
·         Meningkatkan kekuatatan atau fungsi yang sakit dan  mengkompensasi bagian tubuh
·         Menunjukan teknik yang mampu melakukan aktifitas
·         Mempertahankan posisi fungsional
Intervensi Keperawatan:
1)      kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan presepsi pasien terhadap imobilisasi
R: untuk informasi atau intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan
2)      instruksi pasien untuk membantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada ektermitas yang sakit dan yang tak sakit
R: meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot
3)      berikan tindakan reposisi
R: berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstermita, tangan atau kaki  dan mencegah komplikasi
4)      berikan atau bantu dalam mobilitas dengan kursi roda atau tongkat sesegera mungkin. Intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
R: mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ
5)      Bantu pasien perawatan diri dan kebersiahan
R: meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi  dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan lain:
·         Resiko tinggi terhadap trauma b/d kehilangan integritas tulang
Tanda:
            Mempertahankan stabilitas posisi fraktur
Hasil:
Menunjukkan mekanisme tubuh yang meningkat stablitas pada sisi fraktur

·         Kerusakan jaringan b/d penurunan sensasi
Tanda:
            Keluhan gatal, kebas, tekanan pada area yang sakit
Gangguan permukaan: invasi strukur tubuh, destruksi lapisan kulit atau jaringan.