Kamis, 23 Februari 2012

Askep Fraktur


Asuhan Keperawatan Fraktur”
A.      Pengertian
Beberapa pengertian fraktur menurut beberapa ahli :
o    Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
o    Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995).
o    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990).
o    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000).
o    Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
B.      Jenis Fraktur
o    Berdasarkan sifat fraktur
§  Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
§  Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar
o    Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
§  Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran bergeser dari posisi normal)
§  Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Misal :
§  Hair line fraktur
§  Green stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok
o    Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma
§  Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung
§  Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma langsung
§  Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
§  Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
o    Istilah lain
§  Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
§  Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
§  Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis tulang).
§  Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.
(Smelter & Bare, 2002).
C.      Etiologi
o    Menurut Oswari E (1993)
§  Kekerasan langsung
Terkena pada bagian langsung trauma
§  Kekerasan tidak langsung
Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma
§  Kekerasan akibat tarikan otot
o    Menurut Barbara C Long (1996)
§  Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
§  Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
§  Patah karena letih
D.      Manifestasi Klinik
o    Nyeri
o    Deformitas (kelainan bentuk)
o    Krepitasi (suara berderik)
o    Bengkak
o    Peningkatan temperatur local
o    Pergerakan abnormal
o    Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
o    Kehilangan fungsi
(Smelter & Bare, 2002).
E.       Prinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & Operatif

o    Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
§  Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
§  Immobilisasi dan penyangga fraktur
§  Istirahatkan dan stabilisasi
§  Koreksi deformitas
§  Mengurangi aktifitas
§  Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
§  Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
§  Gips patah tidak bisa digunakan
§  Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
§  Jangan merusak / menekan gips
§  Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
§  Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
§  Traksi (mengangkat / menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
§  Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
§  Traksi mekanik, ada 2 macam :
§  Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
§  Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
§  Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
§  Mengurangi nyeri akibat spasme otot
§  Memperbaiki & mencegah deformitas
§  Immobilisasi
§  Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
§  Mengencangkan pada perlekatannya

§  Prinsip pemasangan traksi :
§  Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
§  Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
§  Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
§  Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
§  Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
§  Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman


§  Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
§  Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
§  Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
§  Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
§  Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
o   Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan
”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur”
o   Pengkajian
§ Biodata Pasien
·         Nama                     : Tn. B
·         Jenis Kelamin        : Laki-laki
·         Umur                     : 40 Th
·         Agama                   : Islam
·         Alamat                  : Simpang Tinju
·         Tanggal masuk      : 28 Oktober 2010
·         Tanggal di data     : 29 Oktober 2010
§ Pengkajian Data Dasar
1)      Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Ø  Pasien mengatakan saat ini bagian kaki yang patah mengalami nyeri dan pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya.
2.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Ø  Pasien mengatakan tidak pernah mengalami fraktur sebelumnya dan juga tidak pernah di rawat di rumah sakit, dan tidak memiliki penyakit keturunan.
3.      Riwayat Kesehatan keluarga
Ø  Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita fraktur atau penyakit keturunan.

2)      Pengkajian Dasar
1.      Data Subjektif
a.       Pasien mengatakan nyeri pada bagian yang patah
b.      Pasien mengatakan sulit beraktivitas
c.       Pasien mengatakan tidak dapat bergerak bebas
d.      Pasien mengatakan jika menggerakkan bagian kakinya yang patah mengalami nyeri.
e.       Pasien mengatakan tidak nyaman

2.      Data Objektif
a.       Bagian yang fraktur mengalami pembengkakan
b.      Pasien kelihatan meringis
c.       Pasien selalu memegang kakinya yang mengalami fraktur
d.      TD : 140/70 mmHg,          S      : 37,         N     : 120X/i,    P     : 26X/i
e.       Skala Nyeri 7
f.       Pasien selalu dibantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhannya.

o   Diagnosa Keperawatan

 a.

Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b.      Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

c.       Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

d.      Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

 (Doengoes, 2000)

o   Intervensi Keperawatan

a.      Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

Tujuan:    Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.  Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi

2.  Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.

3.  Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.

4.  Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)

5.  Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)

6.  Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.

7.  Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.



Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)

Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.


Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.

Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.

Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.


Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer.

Menilai perkembangan masalah klien.

 

b.          Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

Tujuan   :   Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.    Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.

2.    Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.




3.    Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.

4.    Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.

5.    Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.



6.    Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.

7.    Berikan diet TKTP.





8.    Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.


9.    Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.


Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.

Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.


Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.


Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.

Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia)


Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.

Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.

Menilai perkembangan masalah klien.


c.       Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

Tujuan   :   Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.     Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).

2.      Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.


3.     Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal


4.      Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi.


Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas.


Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.

Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi fekal.

Menilai perkembangan masalah klien.

 

d.      Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang

Tujuan   :   Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam       
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.    Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol

2.    Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen.

3.    Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.




4.    Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)



5.      Observasi tanda-tanda vital dan  tanda-tanda peradangan lokal pada luka.

Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan luka.

Meminimalkan kontaminasi.



Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus.


Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.

Mengevaluasi perkembangan masalah klien.


o   Implementasi

1.    Mengobservasi tanda-tanda vital dan  tanda-tanda peradangan lokal pada luka
·         Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).
·         Mempertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi
·         Meninggikan posisi ekstremitas yang terkena.
·         Mengubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien
·         Meakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
·         Melakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
·         Berkolaborasi tentang pemberian analgetik & fisioterapi sesuai indikasi.



E.     Evaluasi
            S          : Pasien mengatakan masih sulit untuk bergerak, dan masih nyeri.
            O         : Pasien masih kelihatan meringis.
            A         : Masalah belum sepenuhnya teratasi
            P          : Intervensi dilanjutkan














DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, _____Edisi 8. EGC
: Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan _____Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta.

Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Yakarta.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi: CONSEP klinis proses-proses _____penyakit. Yakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar